Isnin, 30 September 2013
Sabtu, 21 September 2013
Detik-Detik Rasulullah SAW Dijemput Sakaratul Maut
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya didunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah. Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilLah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khuatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat Penghantar Wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat rasa maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku" - "Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi... Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya didunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah. Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilLah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khuatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat Penghantar Wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat rasa maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku" - "Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi... Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
Jumaat, 20 September 2013
Khamis, 19 September 2013
Kisah Suami Isteri Dan TNB
Sepasang pengantin yang baru berkahwin 4 bulan.
Pada suatu malam si isteri memeluk leher suami dengan nada manja seraya berkata, "Ayang, period i dah lewat sebulan, tapi i tak boleh nak pastikan lagi sebab kita kena gi check kat doktor."
Si suami yang teramat gembira tu pun berpakat dengan isterinya untuk tidak memberitahu sesiapa pun tentang perkhabaran gumbira ini sehingga ianya benar-benar pasti.
Pada suatu hari, pasangan ini di datangi oleh pegawai dari TNB kerana terdapat tunggakan dalam pembayaran bill elektrik rumah mereka.
Pegawai TNB tu pun berkata: "Ini rumah En. Ahmad ker?" "Ya, saya ni isterinya. Ada apa encik?"
Pegawai TNB tu pun berkata, "Puan, ni dah sebulan lewat, saya dah tak boleh tunggu ni, nanti boss saya marah."
Dengan nada terkejut, si isteri itu pun membalas balik cakap pegawai TNB tu.
"Apa? Macam mana pulak encik tahu yg saya ni sebulan lewat?!"
Pegawai TNB tu pun dengan selamba menjawab:
"Ala puan, ni kan zaman IT, semua tu ada dalam komputer dan kita boleh check Online"
Kata-kata pegawai TNB tu membuatkan si isteri tu lagi terkejut. "Apa!!! Saya lewat sebulan pun awak semua boleh tahuuu!"
Pegawai TNB tu pun mententeramkan keadaan "Relek puan, puan ni baru lewat sebulan, ada yang lagi teruk, lewat 5-6 bulan"
Si isteri yang terperanjat beruk dengan kenyataan pegawai tu pun berkata, nanti saya bincang dengan suami saya. Lalu pegawai TNB tu pun beredar dari situ.
Keesokan harinya, selepas si Ahmad ini di beritahu oleh isterinya. Dia pun naik berang dan terus ambik cuti dan pergi ke kedai TNB yang berdekatan.
Dengan tanpa menghiraukan pegawai-pegawai TNB yang ramai di situ, dia pun memekik seraya berkata,
"Apa korang ni, isteri saya sebulan lewat pun nak heboh-hebohkan ke dalam Internet. Awak ni semua yang berkeluarga tak pernah lewat sebulan kerrrr?!! Bisness apa korang buat niii?
Nak kena saman kerr?
Lalu pegawai yang datang kerumah si Ahmad ni berdiri dan mententeramkan keadaan. "Sabar encik, sabar encik. apa susah, kalau cik nak settlekan perkara ni, bayar je..." kata-kata pegawai TNB tu membuatkan si Ahmad lagi naik berang.
"Apa? nak bayar korang? belahhhh lahh...."
Lalu pegawai TNB tu pun cakap "Kalau macam tu, Kita terpaksa 'potong' encik punya...."
Si Ahmad mencelah "apa? potong?! Abih tu isteri saya di rumah nak pakai apa?"
Pegawai TNB tu pun cakap " nampak gayanya isteri encik kena pakai LILIN ajer laaaa...."
Pada suatu malam si isteri memeluk leher suami dengan nada manja seraya berkata, "Ayang, period i dah lewat sebulan, tapi i tak boleh nak pastikan lagi sebab kita kena gi check kat doktor."
Si suami yang teramat gembira tu pun berpakat dengan isterinya untuk tidak memberitahu sesiapa pun tentang perkhabaran gumbira ini sehingga ianya benar-benar pasti.
Pada suatu hari, pasangan ini di datangi oleh pegawai dari TNB kerana terdapat tunggakan dalam pembayaran bill elektrik rumah mereka.
Pegawai TNB tu pun berkata: "Ini rumah En. Ahmad ker?" "Ya, saya ni isterinya. Ada apa encik?"
Pegawai TNB tu pun berkata, "Puan, ni dah sebulan lewat, saya dah tak boleh tunggu ni, nanti boss saya marah."
Dengan nada terkejut, si isteri itu pun membalas balik cakap pegawai TNB tu.
"Apa? Macam mana pulak encik tahu yg saya ni sebulan lewat?!"
Pegawai TNB tu pun dengan selamba menjawab:
"Ala puan, ni kan zaman IT, semua tu ada dalam komputer dan kita boleh check Online"
Kata-kata pegawai TNB tu membuatkan si isteri tu lagi terkejut. "Apa!!! Saya lewat sebulan pun awak semua boleh tahuuu!"
Pegawai TNB tu pun mententeramkan keadaan "Relek puan, puan ni baru lewat sebulan, ada yang lagi teruk, lewat 5-6 bulan"
Si isteri yang terperanjat beruk dengan kenyataan pegawai tu pun berkata, nanti saya bincang dengan suami saya. Lalu pegawai TNB tu pun beredar dari situ.
Keesokan harinya, selepas si Ahmad ini di beritahu oleh isterinya. Dia pun naik berang dan terus ambik cuti dan pergi ke kedai TNB yang berdekatan.
Dengan tanpa menghiraukan pegawai-pegawai TNB yang ramai di situ, dia pun memekik seraya berkata,
"Apa korang ni, isteri saya sebulan lewat pun nak heboh-hebohkan ke dalam Internet. Awak ni semua yang berkeluarga tak pernah lewat sebulan kerrrr?!! Bisness apa korang buat niii?
Nak kena saman kerr?
Lalu pegawai yang datang kerumah si Ahmad ni berdiri dan mententeramkan keadaan. "Sabar encik, sabar encik. apa susah, kalau cik nak settlekan perkara ni, bayar je..." kata-kata pegawai TNB tu membuatkan si Ahmad lagi naik berang.
"Apa? nak bayar korang? belahhhh lahh...."
Lalu pegawai TNB tu pun cakap "Kalau macam tu, Kita terpaksa 'potong' encik punya...."
Si Ahmad mencelah "apa? potong?! Abih tu isteri saya di rumah nak pakai apa?"
Pegawai TNB tu pun cakap " nampak gayanya isteri encik kena pakai LILIN ajer laaaa...."
Bos Dan Orang Gaji
Suatu hari dua orang kaya sedang duduk-duduk di cafe, sambil berborak kosong tentang orang gaji masing-masing
Org Kaya I: “Kau nak tau tak orang gaji aku tu bodoh nak mampus. Kalau tak caye lihat ni…”
Terus dia panggil si Adi orang gajinya.
“Adi, ini RM10 , pergi ke kedai, dan belikan saya kereta ferrari.” Adi pun menjawab dengan sopan, “Yes Sir!! Right Away!!”
Terus dia bergegas ke kedai yang ade jual kereta. Orang Kaya I itu terus mengatakan pada kawannye tu, “Tengok, kan betul tu? Dia bodoh nak mampus”
Org Kaya II: “Haha, itu tak de ape-ape lagi… saya punya orang gaji lagi bengap”.
Terus si Org Kaya II memanggil Ali, “Ali, pergi ke rumah saya, lihat sama ada saya ada di rumah atau tidak”
Ali: “Yes Sir!! Right Away!!” Ali pun bergegas ke rumah tuannya.
Orang kaya II memandang temannye sambil ketawa. Tidak berapa lama kemudian kedua-dua orang gaji ini bertemu di tengah jalan.
Adi: “Eh, kau tahu tak, boss aku tu bodoh betul. Dia bagi aku RM10 dan suruh pergi beli ferrari, manalah boleh kan sekarang dah pukul 12 tengah malam tentulah kedai tutup..”
Ali: “Boss aku pun bodoh jugak. Ada ke dia boleh suruh aku balik umah tengok dia ada kat umah ke tidak.. Kalau guna telefon je kan senang...”
Rabu, 18 September 2013
Selasa, 17 September 2013
Langgan:
Catatan (Atom)